ARAH KIBLAT SHALAT DI BANDUNG
Karena khawatir terjebak macet, saya memutuskan ke Bandara Husen Sastra Negara lebih awal. Begitu turun dari taksi saya memasuki ruang tunggu bandara. Tidak begitu luas dan di situ sudah ramai penumpang yang sedang melalukan check ini. Saya lihat monitor informasi penerbangan. Saya hanya mencoba menfokuskan pandangan mata pada pada tulisan merah, Air Asia. Dua layar monitor yang terpasang semua menyangkan air asia tujuan Kuala Lumpur. Dari logat bahasanya memang sangat jelas bahwa para calon penumpang ini adalah orang-orang Malaysia. Karena saya lihat belum ada informasi check in untuk penumpang tujuan Denpasar, maka saya putuskan untuk menunggu sambil browsing internet di layar komputer bandara. Saya mencoba membuka-buka blog yang baru saja saya up load artikel tentang oleh-oleh khas Bandung, yakni dodol. Memang setiap saya berkesempatan ke kota Bandung, saya biasanya tidak lupa membeli oleh-oleh. Tidak lain dan tidak bukan ya dodol. Kalau saya membeli kerupuk kulit sapi itu sudah lazim dan banyak ditemukan di tempat lain. Di mata saya dodol adalah oleh-oleh khas Bandung. Untuk mendapatkan harga yang lebiih murah memang saya sengaja membeli dodol curah, bukan dodol yang sudah dikemas.
Sambil melihat-lihat artikel di blog yang baru saja saya up load, saya juga sekali-sekali mencek apakah check ini air asia tujuan Denpasar sudah dibuka atau belum. Memang runga tunggu bandara ini tidak begitu luas. Saya tidak mendapatkan tempat duduk. Tidak ada masalah karena saya ternyata dapat menafaatkan waktu untuk melihat-lihat artikel di internet. Lumayan lah sambil membandingkan layar lap top pribadi, layar komputer tablet, dan alayar monitor komputer bandara. Dengan demikian saya terhibur dengan keberadaan internet di bandara.
Begitu melihat konter check ini tujuan Denpasar di bua saya bergegas meninggalkan layar monitor komputer bandara. Saya sengan membiarkan blog yang baru saja saya buka tetap terbuka, Siapa tahu nanti ada yang ikut tertarik membaca. Cek in selesai dan sekalian membayar air port tax di konter check ini. Cukup membayar 25ribu rupiah untuk air port tax. Harga ini hanya sepertiga nilai air port tax di Bandara Ngurah Rai.
Saya naik ke ruang tunggu di lantai 2. Tidak terlalu luas, Saya lihat tulisan mushalla di pojok kanan. Saya memang belum shalat Dhuhur. Saya bergegas ke mushalla dan melepas sepatu. Di situ tersedia sandal jepit untuk alas kaki pada waktu ambil air wudhu. Saya shalat jamak qashar: dhuhur dua rakaat dan shalat asar dua rakaat. Saya harus merasakan sepertinya arah kiblat mushalla bandara Bandung menghadap ke utara.
Kali ini saya baru menyadari bahwa shalat di beberapa masjid di sekitar Bandung ternyata menimbulkan kebingungan tersendiri terhadap arah kiblat. Tahun 1990-an saya merasakan bahwa ketika shalat di Mushalla Asrama PEDC Politeknik Bandung, seperti mengahadap ke selatan. Arah kiblat bukannya ke arah barat sebagaimana lazimnya arah kiblat di Indonesia, tetapi seperti menghadap ke selatan. Sama dengan ketika saya shalat di masjid Kauman Bandung, arah kiblat di masjid ini juga menghadap ke selatan, paling tidak yang saya rasakan. Yang lebih parah lagi saya merasa menghadap ke arah timur ketika shalat di Masjid pusat perbelanjaan, TC Kebun Kalapa Bandung.
Yah itulah Arah Kiblat Shalat di Bandung.
ARAH KIBLAT SHALAT
shalat-nya sah apa nggak?
ReplyDeletedo you need a compas every time you go out? Is thre any compass provide by google?
ReplyDelete