Sampai dengan usia sepuluh tahunan, makanan utama
saya di kampung dulu adalah singkong. Singkong dibuat seperti nasi. Namanya
nasi singkong. Orang kampung saya menyebutnya “sega budin”. “Sega” itu “nasi”,
sedangkan “budin” itu “singkong”.
Sayurnya juga daun singkong. Nasi singkong lauknya sayur daun singkong.
Kalau sekarang di rantau orang, jika saya kangen singkong dan daun singkong,
saya harus membelinya. Rumah Makan Padang ternyata menyajikan sayur daun
singkong. Ya Restoran Padang mengangkat citra daun singkong sebagai sayur yang
bergengsi. Di kampung saya dulu seluruh kebun dipenuhi tanaman singkong.
Sepanjang mata memandang tanaman singkong menghijau, karena memang singkong
adalah makanan pokok di kampung saya.
Saya terkejut bukan kepalang, sewaktu mendapat
kiriman berita di media pertemanan (facebook) berita tentang impor singkong
yang dilakukan Pemerintah Indonesia. Berita itu tentu saya segera baca dan saya
edit untuk saya muat di blog saya. Coba and baca di bawah ini.
(sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/07/11/m6yi11-upspemerintah-impor-singkong-dari-vietnam-dan-cina)
Pada bulan Maret, April, dan Mei 2012, pemerintah Indonesia
mendatangkan singkong dari Republik Vietnam sebanyak 1.342 ton. Singkong
sebanyak itu bukan barang gratis tetapi dibeli dengan uang sebanyak 340 ribu
dolar AS. Berita ini pernah dimuat Republika.Co.Id. Sumber berita ini
disampaikan oleh anggota Komisi IV DPR RI, Viva Yoga Mauladi, Jakarta,
Selasa.
Ia menambahkan, pada saat bersamaan, pemerintah juga mendatangkan
alias mengimpor singkong dari negeri Tirai Bambu, Cina sebanyak 5.057 ton yang
setara dengan 1,3 juta dolar AS. Demikian pernyataan politisi Partai Amanat
Nasional (PAN).
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI),
Martin Hutabarat, yang jua anggota DPR RI, menyayangkan kebijakan impor
singkong tersebut. "Impor singkong sama dengan membunuh petani perlahan
demi perlahan," ujar Martin.
Ia menyatakan bahwa wilayah Indonesia sangat
luas dan tidak kekurangan singkong sama sekali. "Tidak sulit menggerakkan
petani untuk menanam singkong," sebut politisi dari Partai Gerindra
itu.
Ia juga lebih lanjut menyebutkan bahwa setiap tahun pemerintah Indonesia
menghabiskan dana sekitar Rp125 triliun untuk impor kebutuhan
pangan.
"Kalau dana itu digunakan dan dibagikan kepada petani, maka dana
Rp 125 triliun itu akan sangat berguna sekali sekaligus bisa menyejahterakan
petani kita," ujar Martin. Oh singkongku
sayang, singkongku malang.
atau kalau anda ingin tahu lebih lanjut, cobalah klik website di bawah ini.
atau kalau anda ingin tahu lebih lanjut, cobalah klik website di bawah ini.
Berita Impor singkong:
http://finance.detik.com/read/2012/12/07/114112/2112100/4/ri-impor-singkong-rp-32-miliar-dari-china-thailand-dan-vietnam
Berita Impor singkong:
berita impor singkong:
berita impor singkong:
SINGKONG
SINGKONGKU SAYANG, SINGKONGKU MALANG
No comments:
Post a Comment