Thursday, July 17, 2014

APBL: asosiasi peneliti bahasa lokal

APBL - ASOSIASI PENELITI BAHASA LOKAL 
APBL - ASOSIASI PENELITI BAHASA DAERAH INDONESIA 


APBL: asosiasi peneliti bahasa lokal, Indigenous Languages Researcher Association (ILRA), peneliti bahasa daerah di  indonesia,






AD & ART APBL

profil riset bahasa daerah di indonesia



Begitu banyaknya bahasa derah di Indonesia, baik yang memiliki penutur banyak seperti bahasa Jawa, maupun yang berpenutur sedikit, mendorong para peneliti bahasa di Universitas Udayana membentuk himpunan peneliti bahasa lokal (daerah). Himpunan para peneliti bahasa lokal atau bahasa daerah di Indonesia itu disebut APBL, sebagai singkatan dari "asosiasi peneliti bahasa lokal" atau dalam bahasa Inggris Indigenous Languages Researcher Association (ILRA) Indigenous Languages Researcher Association (ILRA)


APBL, singkatan "asosiasi peneliti bahasa lokal",  di didirikan di Denpasar pada tanggal 20 Juli 2012. Asosiasi ini diikat dalam sebuah Yayasan yakni Yayasan Asosiasi Peneliti Bahasa Lokal.

Tidak semua peneliti bahasa lokal (daerah) di Indonesia mempublikasikan hasil penelitiannya. Lebih lanjut beberapa contoh peneliti bahasa daerah/lokal di Indonesia dapat diklik di sini

AD/ART APBL


ASOSIASI LINGUISTIK TERAPAN INDONESIA (ALTI)

Didirikan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung pada bulan November 2014. Wadah ini dimaksudkan untuk menghimpun para peneliti, pengajar bahasa terapan di Indonesia.








jumlah bahasa daerah  di Indonesia

peta bahasa dearah



APBL - ASOSIASI PENELITI BAHASA LOKAL 





2 comments:

  1. saya harus berterima kasih kepada para guru: orang yang dapat 'digugu' (dipercaya) dan 'ditiru' (diteladani). guru tidak selalu orang yang mengajar di depan kelas atau di ruang kelas. orang yang mengajar kita di luar kelas juga guru, di mata saya. saya tidak tahu kenapa istilah guru dikaitkan dengan di depan kelas. kan boleh guru mengajar di tengah kelas, di pinggir kelas, dan boleh jadi sekali-kali berdiri atau pergi ke belakang kelas........ biar kesannya kok selalu di depan kelas. falsafah pendidikan kita kan berbunyi: ing ngarsa sun tuladha, in madya mangun karsa, tut wuri handayani: ketika ada di depan, seorang guru harus memberi keteladanan, tatkala di tengah, seorang guru harus memberikan dorongan sehingga para murid tumbuh untuk memiliki kehendak belajar, dan ........yang terkahir tut wuri handayani itu maknanya apa saya kurag faham. Daripada salah saya biarkan pakai titik-titik saja. Siapa tahu nanti bakal dapat ilham apa makna tutu wuri handayani (mungkin kalau di belakang harus melayani dan mengayomi…)

    ReplyDelete
  2. Giving comment
    What kind of comment you would like to write? Is it a short comment or middle or long comment? How many words should our comment consist of? We sometimes give only to or three words in our comment. When we have to give spoken comment, we tend to speak too long although the moderator reminds us in advance to give comment directly and to the point. On the other hand, when we have to make a written comment, we tend to be so economical to just give comment in one or two words. Let’s take a look at the comments on face-book. We think that it is logical for us to have a short comment in one or two words. I find some comments on website articles in only one sentence. It is not wrong, since there is not any instruction from the writer of the article to give a short or long comment. Do we think that the comment we write is a reflection of us? Do we think that someone will judge us based on what we say, what we write?
    cara, tips & triks tembus jurnal http://mawa2014.blogspot.com

    ReplyDelete