Saturday, November 8, 2014

saudara dari aceh




http://mawa2014.blogspot.com
keberangkatan domestik
http://mawa2014.blogspot.com


Sabtu 8 November 2014.
Saya sudah tidur. Entah jam berapa, saya terbangun mendengar dering telepon seluler saya. Saya memang mengaktifkan telpon genggam saya 24 jam non-stop. Bagaimanapun saya harus melihat siapa yang menelpon. Ternyata nomor yang menghubungi belum tercatat dalam buku telpon saya. Meskipun demikian saya angkat dan saya tekan tombol terima. “Selamat malam”, ujar saya di telpon genggam. Yang di seberang sana menjawab dengan “Assalaamu’alaikum, saya bang Malik, dari Aceh. Masih ingat saya kan?”, seru di seberang sana. Ya, dari logat bicaranya mengingatkan saya pada kawan saya dari Aceh. Ketika peristiwa Tsunami Aceh yang terjadi pada hari Ahad pagi 26 Desember 2004, yang menelan nyawa sekitar 500.000, salah satu yang saya ingat adalah kawan yang satu ini. Saat saya mendengar dan menyaksikan peristiwa Tsunami di Aceh, salah satu kawan yang saya ingat adalah yang pada malam hari ini menelpon saya. Saya juga menjadi teringat kembali beberapa kawan dari Aceh yang dulu tahun 1990 mengikuti training di PEDC Bandung. Selamatkah mereka dari musibah tsunami beberapa tahun yang lalu. Semoga.

http://mawa2014.blogspot.com
Saudara dari Aceh (hem putih) di pintu keberangkatan Bandara Ngurah Rai Bali
(http://mawa2014.blogspot.com)


Saya menanyakan posisi ada di mana? Saya kira ada di Jakarta. “Saya ada di Bali sekarang”, jawabnya. “Di Bali? Rencana berapa lama?” Tanya saya. Ia menjawab tiga hari. Sekarang malam terakhir. “Kenapa baru menghubungi saya sekarang?”, tanya saya. Dia menjelaskan bahwa ia baru saja mendapatkan nomor telpon genggam saya. Dia meminta saya menemuinya di Denpasar. Saya melihat, jam 23.52 wita. Wah menjelang dini hari. Karena dia akan  berangkat ke bandara jam 4 pagi, maka saya memutuskan untuk menemuinya di bandara saja. Apalagi jarak bandara dari tempat tinggal saya tidak begitu jauh, sekitar sebelas kilometer, dibandingkan Denpasar.  Karena kami sepakat untuk bertemu di bandara besok pagi maka pembicaraan lewat telpon kami sudahi.
Saya mencoba kembali tidur. Ternyata mata tidak dapat terpejam. Saya menjadi terngiang dalam telinga saya peristiwa tsunami di Aceh. Tayangan peristiwa tsunami yang pernah saya saksikan di layar kaca televise kembali terpajang. Akan tetapi saya bersyukur, salah seorang kawan ini terbebas dari ganasnya ombak tsunami pada waktu.

http://mawa2014.blogspot.com
saudara dari Aceh (hem putih) di pintu keberangkatan bandara ngurah rai bali
http://mawa2014.blogspot.com

Ahad, 9 November 2014.
Pukul 04:40: 18 kawan saya mengirim pesan singkat ke nomor telpon genggam saya. Saya segera balas untuk menemuinya di bandara Ngurah Rai Bali. Terpaksa persiapan molor menjadi agak lama. Saya  harus buang air besar terlebih dahulu. Entah berapa menit. Setelah shalat subuh saya bergegas menuju ke bandara. Begitu sampai di pelataran parker dan selesai memarkir kendaraan saya ia menelpon saya. Saya jawab, saya sudah di lapangan parker dan sedang menuju area keberangkatan domestic bandara. Begitu tiba di pintu masuk keberangkatan, mata saya langsung tertuju pada seorang pria yang sedang duduk dan sibuk memandangi pesawat telponnya. Pasti ia sedang sibuk mengontak saya. Pagi masih sepi. Tidak banyak orang yang mengantri hendak cek ini. Melalui kaca yang sangat bening, pemisah pintu masuk keberangkatan dan rungan luar, saya mendekatinya. Saya ketuk dinding kaca tersebut. Saya yakin sekali itu adalah kawan saya. Segera dia tersenyum dan berjalan menuju pintu keberangkatan. Dengan leluasa ia keluar lewat pintu yang lazim untuk pintu masuk. Memang pagi masih sepi. Setelah jabat tangan, saya keluarkan tablet saya. Besar, ukuran 10.1 inci. Saya mau abadikan dalam foto memakai tablet saya. Karena masih sepi dan petugas pintu masuk keberangkatan juga belum sibuk melayani calon penumpang cek ini, maka saya minta tolong salah satu petugas di situ untuk mengambil foto melalui tablet saya. “Klik, klik, klik”, tiga buah foto terbuat di depan pintu keberangkatan. Tidak lama. Hanya empat kali cepret, tiga kali menggunakan tablet saya dan sekali memakai camera hp miliknya. Saya cek foto-foto hasil jepretan petugas pintu kerangkatan bandara. Sang petugas juga ikut melihat, untuk memastikan hasil jepretannya bagus atau tidak. “Wah bagus, sangat terang”, ujar petugas itu dengan puas. Ia merasa hasil jepretannya memuaskan. “Jangan lupa nanti fotonya dikirim”, ujar kawan. “Tenang saja. Nanti saya upload di web blog saya. Nanti saya kirimi alamat blog saya”, kata saya. Kami tidak bias ngobrol lama, karena ia harus segera terbang menuju Jakarta dan kemudian meneruskan perjalanan ke Aceh.
http://mawa2014.blogspot.com
http://mawa2014.blogspot.com

Hari Rabu, 12 November saya mnerima pesan singkat melalui telpon seluler yang mengabarkan bahwa saudara saya sudah sampai di Banda Aceh dan sudah berkumpul kembali dengan keluarga. Tentu saja saya ikut berbahagia karena sauadara saya tiba kembali di kampung halamannya dengan tiada aral apa pun. Selamat berkumpul kembali dengan keluarga, wahai saudaraku dari Aceh. (Selanjutnya batu giok dari Aceh).


SAUDARA DARI ACEH



1 comment:

  1. upaya yg positif. dp sekedar di upload di facebook, sekedar nampang, selfie, narsis....kata anak muda sekarang....

    ReplyDelete